Seorang pria yang dikenal warga sekitar dengan panggilan "Ahok" kepergok tengah berusaha membawa kabur sebuah sepeda motor di Pasar Atas Sarolangun. Kejadian itu sontak membuat suasana pasar yang biasanya hanya ricuh oleh tawar-menawar harga cabai berubah menjadi arena drama spontan tanpa skrip dan tanpa sensor.
Awalnya tak ada yang mencurigakan. Pria tersebut mondar-mandir dengan gaya santai, sesekali menoleh kiri-kanan seperti pembeli yang sedang cari harga termurah. Namun kecurigaan muncul ketika ia terlihat terlalu lama berada di dekat motor yang bukan miliknya, dengan gerakan tangan yang terlalu serius untuk sekadar mengelap jok.
Ketika mesin motor tiba-tiba menyala tanpa pemiliknya di sekitar, warga langsung siaga. Teriakan "maling!" menggema lebih cepat dari notifikasi grup WhatsApp. Dalam hitungan detik, pria yang dipanggil "Ahok" itu menjadi pusat perhatian, bukan sebagai figur publik, tapi sebagai objek kejar-kejaran kolektif.
Upaya kabur hanya bertahan beberapa meter. Jalur pasar yang sempit, dipenuhi pedagang dan pembeli, membuat manuvernya gagal total. Motor terhenti, dan sebelum sempat menjelaskan panjang lebar, pria tersebut sudah dikepung warga yang merasa adrenalin sosialnya terpanggil.
Pukulan, teriakan, dan nasihat moral bercampur jadi satu. Ada yang marah, ada yang emosional, ada pula yang sekadar ikut-ikutan demi tidak ketinggalan momen. Di tengah kekacauan itu, pria tersebut sempat berusaha menjelaskan bahwa ia hanya "pinjam sebentar", sebuah frasa klasik yang jarang berhasil meredam amarah massa.
Yang menarik perhatian, bukan hanya aksinya, tapi juga panggilannya. Beberapa warga mengaku sempat salah fokus karena mendengar nama "Ahok" disebut-sebut di tengah kerumunan. Namun kesalahpahaman itu cepat diluruskan. Ini bukan tokoh nasional, bukan pejabat, hanya pria pasar dengan julukan lokal yang kebetulan sensasional.
Setelah situasi mulai terkendali, aparat datang dan mengamankan pria tersebut dari amukan lanjutan. Warga pun perlahan kembali ke aktivitas semula, seolah-olah kejadian barusan hanyalah selingan sebelum makan siang. Pasar kembali ramai, gosip baru lahir, dan cerita "Ahok Pasar Atas" resmi masuk arsip obrolan warung kopi.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa di pasar, reputasi bisa terbentuk dalam hitungan menit. Julukan yang awalnya biasa saja bisa berubah menjadi legenda lokal, lengkap dengan cerita versi masing-masing. Motor kembali ke pemiliknya, pasar kembali berdenyut, dan satu nama kembali dibicarakan—bukan karena prestasi, tapi karena salah ambil motor di waktu yang salah.