beritawa.com
Sejumlah peneliti akhirnya mengungkap metode diet terbaru yang diklaim efektif, terjangkau, dan ramah kebijakan: diet MBG. Bukan singkatan dari metode ilmiah rumit, melainkan pendekatan praktis yang memanfaatkan Makan Bergizi Gratis sebagai pusat gravitasi pola makan harian. Diet ini dinilai cocok untuk masyarakat yang ingin kurus perlahan tanpa harus membaca label kalori terlalu lama.
Dalam pemaparan yang terdengar akademis namun membumi, para peneliti menjelaskan bahwa diet MBG bekerja dengan prinsip "makan ketika ada, berhenti ketika habis". Dengan mengandalkan porsi standar dan menu yang sudah ditentukan, pelaku diet tidak lagi dibebani pilihan. Tidak ada dilema antara nasi atau quinoa, karena pilihannya hanya satu: yang disediakan.
Keunggulan utama diet ini terletak pada kontrol porsi alami. Karena menu MBG disusun untuk mencukupi kebutuhan dasar, bukan ambisi pribadi, peluang makan berlebihan otomatis menurun. Pelaku diet pun belajar menerima takdir gizi dengan ikhlas. Jika lauknya ayam kecil, maka itulah latihan menahan nafsu. Jika sayurnya dominan, itu disebut detoks.
Peneliti juga menyoroti efek psikologis diet MBG. Dengan status "gratis", rasa bersalah setelah makan berkurang drastis. Tidak ada pikiran "sudah bayar mahal, sekalian nambah", karena secara emosional tidak ada investasi yang perlu dibalas. Hasilnya, makan menjadi aktivitas fungsional, bukan pelampiasan.
Menariknya, diet ini juga berdampak pada pengeluaran. Karena satu waktu makan sudah ditanggung, pelaku diet cenderung mengurangi jajan. Bukan karena niat hidup sehat, tapi karena perut sudah diisi dan dompet sudah terlanjur optimistis. Dalam jangka panjang, peneliti menyebut ini sebagai defisit kalori berbasis kebijakan.
Namun diet MBG bukan tanpa tantangan. Salah satu risikonya adalah ketergantungan jadwal. Pelaku diet harus disiplin mengikuti waktu distribusi. Terlambat sedikit, maka diet berubah menjadi puasa dadakan. Bagi sebagian orang, ini dianggap bonus. Bagi yang lain, ini ujian iman.
Peneliti juga mengingatkan bahwa diet ini efektif selama ekspektasi dijaga. MBG bukan program personal trainer, melainkan sistem kolektif. Targetnya bukan perut six-pack, melainkan berat badan turun dengan tenang dan bertahap, sambil tetap bisa berkata, "Ini bukan diet, ini ikut program."
Dengan pendekatan ini, diet MBG dinilai paling realistis untuk zaman sekarang. Tidak perlu aplikasi, tidak perlu langganan, dan tidak perlu motivasi berlebihan. Cukup hadir, makan seperlunya, lalu pulang dengan perasaan telah menjalani hidup sehat sesuai versi negara.