Target Purbaya Makin Jauh Dari Realisasi, Rupiah Anjlok, Netizen Yang Dulu Membela Mulai Malu

Menu Atas

Header Menu

.....

Target Purbaya Makin Jauh Dari Realisasi, Rupiah Anjlok, Netizen Yang Dulu Membela Mulai Malu

Kamis, 25 Desember 2025

Gambar Berita

Target besar yang pernah dilontarkan Purbaya Yudhi Sadewa kini tampak semakin menjauh dari kenyataan, beriringan dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah seolah sedang mengikuti lomba lari tanpa garis finis. Dulu target itu disampaikan dengan penuh keyakinan, grafik optimistis, dan nada suara yang menenangkan. Kini, grafik yang sama lebih sering dijadikan bahan meme ketimbang bahan presentasi.

Rupiah yang terus anjlok perlahan mengubah suasana ruang publik. Jika sebelumnya wacana ekonomi dipenuhi pembelaan heroik ala komentator dadakan, kini kolom komentar mulai dipenuhi keheningan canggung. Netizen yang dulu lantang membela dengan kalimat "tunggu saja, ini strategi jangka panjang" mulai mengganti gaya komunikasi menjadi stiker, emotikon, atau sekadar membaca tanpa berani berpendapat.

Target yang dulu disebut realistis kini terasa seperti janji diet awal tahun: niatnya ada, realisasinya entah ke mana. Setiap kali rupiah melemah, publik diingatkan kembali pada pernyataan-pernyataan lama yang kini terdengar seperti rekaman nostalgia. Bedanya, nostalgia biasanya manis, sementara ini lebih pahit dan bikin kening berkerut.

Di media sosial, perubahan sikap netizen terlihat jelas. Mereka yang sebelumnya rajin mengutip data, menyematkan tautan, dan menyalahkan "yang tidak paham ekonomi" kini mendadak sibuk dengan topik lain. Ada yang pindah membahas cuaca, ada yang mendadak ahli kuliner, seolah fluktuasi rupiah bukan lagi urusan bersama. Membela target yang kian menjauh rupanya membutuhkan energi ekstra, dan energi itu sedang dihemat.

Sebagian netizen mencoba bertahan dengan argumen klasik: kondisi global. Namun argumen ini mulai kehilangan daya magisnya, terutama ketika kondisi dompet lokal ikut merasakan dampaknya. Harga naik, nilai tukar turun, dan target tetap setia di kejauhan. Kombinasi sempurna untuk membuat pembela paling loyal sekalipun mulai menunduk.

Sementara itu, pihak yang dulu dikritik karena pesimistis kini mendapat ruang kecil untuk tersenyum tipis. Bukan karena senang rupiah melemah, tetapi karena realitas akhirnya mengejar narasi. Dalam dunia ekonomi, waktu sering kali menjadi hakim paling jujur, meski putusannya datang tanpa basa-basi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa optimisme tanpa realisasi hanya bertahan selama grafik masih bersahabat. Ketika angka berbicara lain, pembelaan berubah menjadi diam, dan keyakinan bergeser menjadi rasa malu yang tak terucap. Rupiah terus bergerak, target tetap di kejauhan, dan netizen belajar satu hal penting: internet memang cepat lupa, tapi data lebih sulit diajak kompromi.