Seorang Pria Ditemukan Santai di Kedai Kopi Sambil Bahas Filsafat

Menu Atas

Header Menu

.....

Seorang Pria Ditemukan Santai di Kedai Kopi Sambil Bahas Filsafat

Minggu, 28 Desember 2025


Warga kota dibuat terheran-heran ketika seorang pria ditemukan duduk santai di sebuah kedai kopi, bukan untuk memotret latte art atau membahas promo cashback, melainkan berdiskusi tentang filsafat. Sumber-sumber di lapangan menyebutkan pria tersebut terlihat tenang, hanya ditemani secangkir kopi hitam—bukan varian minuman dengan nama sepanjang esai—dan sebuah buku yang tampaknya tidak dijadikan properti foto.

Beberapa saksi mata sempat menyangka pria itu adalah content creator yang sedang melakukan eksperimen sosial. Namun kecurigaan itu segera gugur ketika diketahui tidak ada kamera tersembunyi, tripod, ataupun kalimat “jangan lupa like dan subscribe.” Pria tersebut, yang identitasnya dirahasiakan demi menjaga privasi dan rasa misteriusnya, justru terlihat serius membahas konsep eksistensi, realitas, dan hidup minimalis—tanpa menyebut brand sama sekali.

“Awalnya saya kira dia lagi bahas saham atau kripto,” ujar salah satu pengunjung sambil men-scroll ponselnya. “Tapi ternyata dia ngomong soal makna hidup. Saya langsung panik, soalnya itu kan biasanya cuma bahan caption.”

Barista kedai kopi tersebut mengaku takjub. Menurutnya, jarang sekali ada pelanggan yang memesan kopi untuk diminum, bukan difoto. “Biasanya mereka fokus mengatur angle. Dia langsung minum. Kami sampai cek ulang SOP, takut ada yang salah,” katanya.

Situasi semakin memanas ketika pria itu mengajak beberapa pengunjung lain berdiskusi. Ada yang pura-pura ke toilet dan tidak kembali, ada pula yang mendadak mengaku ada meeting online. Namun sebagian kecil justru ikut larut, meski tetap sesekali mengecek notifikasi, barangkali ada makna hidup yang dikirim via WhatsApp.

Pengamat sosial menyebut fenomena ini sebagai “kejutan peradaban mikro”, di mana seseorang tiba-tiba menggunakan otaknya di ruang publik tanpa izin tertulis. Beberapa pihak khawatir tren serupa bisa meluas, membuat kedai kopi beralih fungsi menjadi ruang dialog nyata, bukan sekadar kantor darurat atau studio estetika.

Sementara itu, pria misterius tersebut tetap santai, menyebut bahwa kedai kopi adalah tempat yang ideal untuk berpikir, bukan hanya berlaga sibuk. “Filsafat itu sederhana,” katanya pelan. “Yang rumit itu paket data.”

Hingga berita ini diturunkan, warga masih mencoba memulihkan diri dari kejutan intelektual mendadak tersebut. Pihak kedai kopi mempertimbangkan untuk menambah menu: diskusi ringan rasa vanila.