Ketika kiamat akhirnya datang, langit terbelah, bumi berguncang, dan alarm kosmik berbunyi serempak, seluruh aktivitas manusia berhenti total. Bursa saham tutup tanpa pengumuman, media sosial logout otomatis, dan rapat daring terputus tanpa notulen. Namun di tengah kekacauan semesta itu, satu aktivitas tetap berjalan dengan disiplin yang nyaris mistis: produksi MBG.
Di berbagai dapur yang entah bagaimana masih menyala, panci tetap mengepul. Para petugas bergerak tenang, seolah gempa adalah bagian dari SOP. Sendok takar tetap digunakan, porsi tetap dijaga, dan menu tetap mengikuti jadwal. Saat sangkakala ditiup, daftar distribusi masih ditempel rapi di papan. Dunia boleh berakhir, tapi menu hari ini tetap ayam, sayur, dan nasi.
Saksi mata menyebutkan bahwa antrean MBG tetap tertib. Tidak ada dorong-dorongan, tidak ada panik. Semua paham prioritas. Saat gunung meletus dan laut meluap, satu pertanyaan tetap relevan: "Ini ambilnya satu atau dua?" Kiamat mengajarkan banyak hal, termasuk pentingnya konsistensi pelayanan.
Di tempat lain, mesin-mesin berhenti. Pabrik padam. Listrik redup. Namun dapur MBG beroperasi dengan energi yang tak tercatat di buku fisika. Api kompor menyala tanpa gas, air mendidih tanpa listrik, dan logistik tiba tepat waktu tanpa rute. Para ahli menyebutnya sebagai keajaiban administratif: sistem yang terlalu mapan untuk ikut runtuh.
Pengamat sosial menilai fenomena ini sebagai bukti bahwa kebijakan publik tertentu telah mencapai fase transenden. Saat hukum alam kolaps, prosedur tetap berjalan. Ketika kalender tak lagi relevan, jadwal distribusi masih berlaku. Ini bukan sekadar ketahanan pangan, ini ketahanan narasi.
Di tengah kepanikan global, orang-orang menemukan ketenangan pada kotak makan. Ada rasa familiar yang menenangkan: porsi yang pas, rasa yang konsisten, dan kepastian bahwa sesuatu masih bekerja. Di saat segalanya tak pasti, MBG memberi kepastian paling dasar: hari ini tetap makan.
Beberapa orang mencoba mempertanyakan prioritas. Namun suara mereka tenggelam oleh bunyi sendok dan panci. Di kiamat versi ini, debat berhenti karena semua sudah sepakat: urusan perut tidak mengenal akhir zaman. Bahkan malaikat pun menunggu giliran.
Ketika tirai terakhir ditutup dan bumi menghembuskan napas terakhir, catatan distribusi ditandatangani. Produksi MBG selesai sesuai target. Dunia berakhir dengan tertib. Tidak heroik, tidak dramatis—hanya rapi.