Malam Tahun Baru yang biasanya identik dengan langit Jakarta penuh ledakan warna-warni harus rela tampil sederhana, bahkan cenderung khusyuk. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi meniadakan pesta kembang api pada malam pergantian Tahun Baru 2026. Keputusan ini diumumkan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, yang tampaknya ingin mengingatkan warga bahwa tidak semua pergantian tahun harus dirayakan dengan dentuman, asap, dan video story berdurasi 15 detik.
Menurut sang gubernur, pesta kembang api dianggap terlalu "ceria" untuk situasi nasional yang sedang diliputi duka. Bencana di wilayah Sumatera yang menelan korban jiwa dalam jumlah besar membuat Jakarta memilih menahan diri. Pemerintah daerah menilai tidak elok apabila ibu kota berpesta pora sementara ribuan keluarga masih berurusan dengan pengungsian, trauma, dan tumpukan lumpur yang belum selesai dibereskan.
Alih-alih menghiasi langit dengan ledakan cahaya, Jakarta akan menyediakan ruang doa dan kontemplasi. Warga diajak merenung, berdoa, dan bersyukur secara sederhana. Sebuah konsep perayaan yang mungkin terasa asing bagi sebagian masyarakat yang biasanya lebih akrab dengan hitung mundur, terompet, dan kemacetan.
Meski begitu, pemerintah tidak sepenuhnya tega membiarkan warga menatap langit kosong. Pertunjukan drone disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih "kalem", minim suara, dan tentu saja lebih ramah empati. Ledakan diganti cahaya LED, suara dentuman diganti dengungan halus, dan rasa puas diganti caption Instagram bertema refleksi.
Jakarta ternyata tidak sendirian. Sejumlah daerah lain juga memilih menurunkan volume perayaan. Sulawesi Selatan, Palembang, Surabaya, hingga Bali ikut mengimbau warganya agar tidak berlebihan menyambut tahun baru. Di Bali, keputusan ini juga dipengaruhi oleh upaya pemulihan pascabanjir Denpasar. Kembang api dan musik dianggap bisa menunggu, sementara perbaikan infrastruktur dan pemulihan warga dinilai lebih mendesak.
Data terbaru mencatat jumlah korban meninggal akibat bencana di Sumatera telah melampaui seribu jiwa. Angka ini cukup untuk membuat pesta kembang api terasa janggal, bahkan bagi mereka yang biasanya menganggap empati cukup diwakili dengan unggahan foto lilin dan emoji tangan berdoa.
Dengan kondisi tersebut, malam pergantian tahun kali ini diharapkan menjadi momentum refleksi nasional. Tidak ada larangan untuk bahagia, namun kebahagiaan diminta agar ditahan volumenya. Tahun baru tetap datang, meski tanpa suara ledakan. Dan mungkin, untuk sekali ini, sunyi justru menjadi pesan paling keras.