Sebuah pengumuman layanan publik darurat dirilis bagi masyarakat yang menemukan tulisan sakral di tempat parkir: "Tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang." Namun alih-alih mencantumkan nomor pengelola atau pos keamanan, isi lanjutan tulisan tersebut justru mengarahkan korban ke alamat pengaduan paling tinggi: adukan ke Tuhan masing-masing.
Tulisan itu biasanya terpampang santai di tembok, tiang, atau papan triplek yang sudah mengenal hujan dan matahari lebih lama dari sistem keamanan itu sendiri. Kalimatnya singkat, jelas, dan penuh keikhlasan sepihak. Pesannya tegas: parkir silakan, kehilangan silakan ikhlas. Jika tidak ikhlas, silakan berdoa.
Fenomena ini dianggap sebagai puncak efisiensi manajemen risiko. Pengelola parkir berhasil menghapus seluruh beban tanggung jawab hanya dengan satu kalimat dan satu entitas maha kuasa. Tidak perlu CCTV, tidak perlu petugas, tidak perlu laporan kehilangan. Semua masalah langsung dinaikkan levelnya dari dunia fana ke urusan langit.
Warga yang kehilangan helm, spion, atau bahkan motor diminta untuk legowo sejak awal. Tulisan itu berfungsi sebagai kontrak sepihak yang tidak pernah ditandatangani, tapi otomatis berlaku begitu kendaraan diparkir. Begitu kunci dicabut dan motor ditinggal, maka kesepakatan kosmis pun dimulai.
Beberapa korban mengaku sempat membaca tulisan tersebut, tapi memilih mengabaikannya karena mengira itu hanya formalitas. Baru setelah kehilangan terjadi, mereka sadar bahwa tulisan itu bukan peringatan, melainkan pelepasan tanggung jawab total. Saat bertanya ke petugas parkir, jawaban yang diterima biasanya singkat dan konsisten: "Sudah ada tulisannya, Pak."
Di media sosial, warganet mulai menyarankan agar tulisan itu dibuat lebih jujur dan informatif. Misalnya: "Kami jaga karcis, bukan kendaraan," atau "Keamanan berbasis doa dan niat baik." Ada pula yang mengusulkan tambahan jam operasional doa, agar korban tahu kapan waktu terbaik mengajukan pengaduan spiritual.
Ironisnya, meski tidak bertanggung jawab atas kehilangan, biaya parkir tetap ditarik penuh dan tanpa diskon iman. Karcis keluar tetap diwajibkan, seolah-olah satu-satunya hal yang dijaga dengan serius adalah kertas kecil bertuliskan angka. Kendaraan hilang tidak apa-apa, asal karcis jangan sampai lupa.
Kondisi ini memunculkan kesadaran baru di masyarakat bahwa sebagian tempat parkir bukanlah layanan, melainkan ujian keikhlasan. Parkir bukan sekadar soal ruang, tapi juga latihan tawakal. Kehilangan bukan dianggap masalah, melainkan takdir yang terlalu cepat datang.
Dengan adanya pengumuman ini, warga diimbau lebih waspada. Jika menemukan tulisan serupa, segera sadari bahwa Anda sedang parkir di wilayah abu-abu antara dunia usaha dan urusan akhirat. Dan bila kehilangan benar-benar terjadi, jangan panik. Ingat petunjuknya: adukan ke Tuhan masing-masing.